Budidaya Kelapa Sawit Berkelanjutan / Tipe-tipe tanah

From Akvopedia
Jump to: navigation, search
English Indonesia
SNV logo.png
Wageningen small.png
Gambar 1: Tanah gambut di Riau

Unduh: Modul 4: Aplikasi Pupuk

Kebanyakan jenis tanah normal ('tanah mineral') mengandung banyak partikel kecil bebatuan yang telah pecah menjadi bagian-bagian kecil akibat adanya angin, air, akar tanaman, dan es (di kawasan beriklim dingin).

  • Jika partikel batu berukuran cukup besar, mereka disebut sebagai ‘pasir’;
  • Jika partikel batu berukuran sangat kecil, mereka disebut sebagai ‘lempung’;
  • Jika partikel batu berukuran diantara kedua ukuran diatas, mereka disebut ‘endapan’.

Struktur tanah di sebuah areal perkebunan ditentukan dari kandungan partikel pasir, endapan, dan lempung, dengan pembagian:

  • Tanah berpasir memiliki kandungan terbesar partikel pasir;
  • Lempung memiliki banyak kandungan partikel tanah liat;
  • Tanah endapan memiliki sebagian besar partikel endapan ukuran sedang;
  • Tanah humus memiliki campuran kandungan partikel pasir, endapan, dan tanah liat.

Di hampir semua tanah mineral selalu terdapat kandungan material organik yang disebut sebagai ‘material organik tanah’. Material organik tanah adalah sisa-sisa dari tumbuhan mati, hewan, dan mikroba. Biasanya tampak berwana coklat gelap atau hitam. Tanah (mineral) normal mengandung antara 1-6% material organik, sedangkan tanah gambut mengandung >60% material organik 1 (lihat Gambar 1).

Karena adanya kandungan material organik ini, tanah gambut perlu diperlakukan dengan cara khusus.

Cara mengenali perbedaan jenis tanah

Gambar 2: Air yang dialirkan melalui 3 jenis tanah yang berbeda. Di tanah berpasir, air mengalir langsung melewati lapisannya. Di tanah lempung, air tetap bertahan di permukaan tanah. Di tanah gambut, tanah mengalir masuk ke dalam lapisan dan bertahan di dalamnya seperti berlaku pada busa spon.

Tanah bepasir dapat dikenali dengan cara berikut:

  • Anda akan merasakan bahwa partikel tanah (butirannya) saling bergesek jika Anda remas sejumput tanah diantara jemari Anda;
  • Tanah akan mudah pecah jika Anda coba membentuk tanah pasir yang agak basah menjadi sebuah bola ataupun sosis 2.

Tanah lempung dapat dikenali dengan cara berikut:

  • Partikel tanahnya sangat kecil, sehingga saat Anda meremasnya diantara jemari, Anda tidak akan merasakan partikelnya, melainkan terasa seperti ‘pasta’;
  • Ambil sejumlah bagian tanah liat lembab, bentuk menjadi sebuah bola atau sosis, maka bentuk ini tidak akan mudah pecah;
  • Tanah lempung akan terasa agak lengket pada saat dipegang.

Tanah endapan dapat dikenali dengan cara berikut:

  • Anda tidak bisa dengan mudah merasakan partikelnya ketika meremas tanah ini diantara jemari;
  • Ketika lembab, tanah gambut terasa licin 3;
  • Endapan lembab meninggalkan bekas debu pada jari setelah Anda memegangnya.

Tanah humus sangat sulit dikenali karena merupakan campuran dari jenis-jenis tanah diatas. Jika sebuah tanah memiliki sebagian karateristik dari setiap jenis tanah yang disebutkan diatas, maka kemungkinannya tanah tersebut berjenis humus.

Tanah gambut dapat dikenali dengan cara berikut:

  • Biasanya berwarna coklat gelap atau hitam;
  • Sangat empuk: Anda bisa merasakan kaki Anda sedikit tenggelam jika menapak ke jenis tanah ini;
  • Terdapat tetesan air yang keluar dari tanah gambut basah jika Anda meremasnya;
  • Terdapat potongan ranting, daun, dan material organik lainnya tergeletak di tanah gambut;
  • Tidak memungkinkan untuk membentuk tanah menjadi bentuk bola ataupun sosis.

Sifat-sifat penting dari jenis-jenis tanah yang berbeda

Tanah berpasir

  • Tingkat tampungan air yang rendah:
- Karena partikel tanahnya yang sangat besar, air bergerak sangat cepat melewati sela-sela partikelnya.
- Setelah hujan, air dengan cepat mengalir melewati tanah.
- Pohon sawit akan lebih mudah mengalami kendala kekeringan karena air meresap cepat ke lapisan bawah.
- Unsur hara yang mudah larut (N, K, Mg) akan mudah terbawa air, sehingga unsur hara ini akan dengan cepat tersingkirkan dari akar sawit (leaching).
- Namun begitu, unsur hara tidak umum ditemukan tersapu sepenuhnya dari permukaan tanah karena mereka meresap ke dalam tanah lebih cepat.
  • Partikel tanahnya menempati sebagian kecil area permukaan tanah:
- Beberapa partikel besar menempati sebagian kecil area permukaan dibandingkan dengan partikel kecil.
- Unsur hara lekat pada permukaan partikel tanah. Pada tanah berpasir, unsur hara tidak akan melekat kuat pada partikel tanah, yang artinya unsur ini akan mudah diserap oleh tumbuhan sawit.
- Namun begitu, karena partikelnya sangat besar, celah antar partikel juga lebih besar dan jumlahnya juga tidak terlalu banyak, sehingga pertumbuhan akar sawit menjadi kurang baik.
- Karena poin-poin ini, budidaya kelapa sawit pada tanah berpasir relatif membutuhkan pupuk yang lebih banyak.
  • Strukturnya ringan:
- Karena partikel tanahnya yang besar, tanah jenis ini tidak lekat satu sama lain;
- Menggali lubang ataupun melakukan kegiatan manajemen tanah lainnya pada tanah jenis ini menjadi relatif mudah;
- Tidak terlalu banyak resiko penggumpalan tanah;
- Namun begitu, resiko besarnya adalah erosi tanah yang disebabkan oleh angin.

Tanah lempung

Gambar 3: Contoh jenis tanah lempung
  • Memiliki kapasitas tampungan air yang baik:
- Karena partikel tanahnya sangat kecil, air tertampung didalamnya.
- Setelah hujan, air meresap ke dalam tanah secara perlahan.
- Tumbuhan sawit umumnya tidak akan mengalami masalah kekeringan karena kandungan air hujan tertampung di dalam tanah.
- Namun begitu, kendala banjir setelah hujan lebat akan sering terjadi.
- Unsur hara yang terbawa air tidak umum terjadi karena air meresap ke dalam tanah secara perlahan.
- Unsur hara dapat hilang secara mudah dari permukaan tanah karena air tetap menggenang di permukaan tanah dan tidak meresap ke dalam.
  • Partikel tanahnya menempati sebagian besar area permukaan tanah:
- Partikel lempung yang kecil menempati lebih besar area permukaan tanah dibandingkan dengan partikel pasir.
- Unsur hara melekat lebih kuat pada tanah lempung.
- Sebagian besar tanah lempung lebih subur dan tumbuhan sawit relatif sedikit membutuhkan pupuk.
  • Strukturnya berat:
- Karena partikelnya yang kecil, tanah lebih mudah melekat satu sama lain (lihat Gambar 3).
- Menggali lubang ataupun melakukan kegiatan manajemen tanah lainnya pada tanah jenis ini sulit untuk dilakukan dan harus dilakukan hanya pada bagian yang kering.
- Penggumpalan tanah mudah terjadi; khususnya pada saat kondisi tanah basah. Sekali menggumpal, tanah menjadi sangat keras dan akar sawit tidak bisa tumbuh dengan baik. Sehingga, perlu berhati-hati jika melakukan pembajakan menggunakan ternak dan mesin seperti truk dan ekskavator dalam areal perkebunan, khususnya setelah kondisi hujan.

Tanah humus dan endapan

Tanah humus dan endapan memiliki struktur dengan karakter gabungan antara tanah pasir dan lempung dan biasanya merupakan jenis terbaik untuk usaha pertanian.

Tanah gambut

Gambar 4: Sistem irigasi pada tanah gambut di Riau
  • Kandungan air tinggi:
- Tanah gambut terbentuk saat kandungan air dalam tanah sangat tinggi, dan hanya bisa diolah ketika kandungan tersebut disusutkan terlebih dahulu.
- Jika saluran air tidak dibangun dengan baik, tanah gambut akan sering mengalami kebanjiran.
- Jika kandungan air tanah gambut disusutkan terlalu banyak, maka tanah akan mengering sangat cepat.
- Tanah gambut yang kering memiliki resiko terbakar lebih cepat sehingga dapat merusak seluruh lahan perkebunan.
- Pengolahan air pada tanah gambut sangat sulit dan membutuhkan perhatian besar (lihat Gambar 4).
- Tanah gambut memiliki kemampuan resapan air yang baik, khususnya jika digumpalkan.
  • Partikel tanahnya menempati sebagian kecil permukaan tanah, tingkat keasaman yang tinggi, dan mengikat unsur hara:
- Partikel tanah pada gambut terbentuk kurang dari 40 persen dari seluruh tanah, sisanya adalah material organik.
- Kebanyakan tanah gambut memiliki tingkat pH yang rendah (<3.5 – 4.0).
- Tanah gambut tidak memiliki banyak kandungan unsur hara kecuali N yang terkandung dalam material organik.
- Potasium (K) tidak terserap oleh tanah gambut dan dapat dengan mudah mengalir dan hilang.
- Karena tingkat keasaman yang dikandung dalam tanah gambut, unsur tembaga (Cu) dan seng (Zn) terikat di dalam tanah dan tidak bisa diserap oleh tumbuhan.
  • Strukturnya sangat ringan:
- Karena sedikitnya partikel tanah pada tanah gambut maka strukturnya menjadi sangat ringan, hampir mengembang.
- Akar sawit tidak bisa menancap dengan kuat, sehingga cenderung mudah tumbang.
- Sebelum melakukan penanaman, tanah gambut harus dipadatkan terlebih dahulu (dengan cara menggilas tanah dengan mesin besar beberapa kali) supaya tanah menjadi lebih padat.

Atas adanya kendala-kendala ini, tumbuhan sawit yang dibudidayakan di tanah gambut membutuhkan sejumlah besar pupuk dengan kandungan K dan tambahan aplikasi unsur Cu dan Zn (lihat Tabel 2).

Tabel 2: Penurunan dan imobilisasi unsur hara pada tanah gambut

Nama unsur hara Senyawa Penurunan unsur hara (kg/ha/tahun) pada tingkat dua panen
18—24 t/tahun TBS > 24 t/tahun TBS
Nitrogen N 80—110 4 > 110
Fosfor P2O5 (43.7% P) 30—37 > 37
Potasium K2O (83% K) 215—260 5 > 260
Magnesium MgO (60% Mg) 0—20 6 0—20
Boron B Trace Trace
Tembaga Cu Trace Trace

Pentingnya material organik tanah dalam tanah mineral

Kandungan material organik tanah penting karena akan meningkatkan kualitas tanah. Pentingnya material organik karena:

  • Menahan kandungan unsur hara pupuk;
  • Menahan air;
  • Mengurangi kepadatan dan berat tanah lempung;
  • Lebih melekatkan tanah berpasir;
  • Memperlahan lepasnya unsur hara ketika tanah menjadi semakin rusak.

Kandungan material organik tanah bisa ditingkatkan dengan cara:

  • Mendaur ulang bagian tanaman yang mati dalam perkebunan (misalnya pelepah, pangkal pelepah, bunga jantan, dll., lihat Modul 3: Pemeliharaan Perkebunan);
  • Menambahkan material organik buangan dari tempat penggilingan (misalnya tandan buah kosong, saluran buangan penggilingan sawit);
  • Melakukan pemeliharaan tanaman penutup tanah dengan ketinggian rata-rata 50 cm (lihat Modul 3: Pemeliharaan Perkebunan).

Tingkat keasaman tanah

Gambar 5: Aplikasi rock phosphate yang membantu untuk menurunkan keasaman tanah

Pemeriksaan pH (tingkat keasaman) tanah sangat berguna sebelum memilih jenis pupuk mana yang akan digunakan.

  • pH perlu diperiksa baik di dalam maupun di luar piringan sawit, karena proses berasamnya tanah bisa bersifat lokal dan kebanyakan timbul di area piringan.
  • Pemeriksaan pH bisa dilakukan dengan cara mudah menggunakan kertas pH pada bagian tanah yang lembab.
  • Kelembaban tanah akan menyebabkan kertas pH berubah warna, tergantung seberapa tinggi tingkat keasaman tanah tersebut.
  • Jika tingkat keasamannya dibawah 5, maka tanah tersebut dapat dinilai cukup asam dan penggunaan pupuk dapat sedikit dikurangi.
  • Jika tingkat keasamannya dibawah 4, maka tanah tersebut dapat dinilai sangat asam. Untuk mengurangi tingkat keasaman tanah ini maka diperlukan penyediaan pupuk.
  • Turunkan tingkat keasaman tanah yang terlalu tinggi dengan cara mengaplikasikan:
- Rock phosphate (pupuk fosfat)
- Dolomite (pupuk magnesium)
- Lime (kalsium karbonat)
- Tandan buah kosong
- Abu tandan (bekas pembakaran tandan buah kosong)

Referensi

  1. S. Paramananthan, Managing marginal soils for sustainable growth of oil palms in the tropics, Journal of Oil Palm & The Environment, 4 (2013) 1—16.
  2. Royal Horticultural Society, 2015, Soil types, The Royal Horticultural Society, http://apps.rhs.org.uk/advicesearch/profile.aspx?pid=179, Accessed 20 November 2014.
  3. Leineriza, 2011, 5 Different Soil Types – Know Your Soil Type, http://agverra.com/blog/soil-types/, Accessed 20 November 2014.
  4. I. Comte, F. Colin, J.K. Whalen, O. Grunberger, J.P. Caliman, Agricultural practices in oil palm plantations and their impact on hydrological changes, nutrient fluxes and water quality in Indonesia: a review., Advances in Agronomy, Vol 116, 116 (2012) 71—124.
  5. I. Comte, F. Colin, J.K. Whalen, O. Grunberger, J.P. Caliman, Agricultural practices in oil palm plantations and their impact on hydrological changes, nutrient fluxes and water quality in Indonesia: a review., Advances in Agronomy, Vol 116, 116 (2012) 71—124.
  6. K.H. Lim, S.S. Lim, F. Parish, R. Suharto, RSPO Manual on Best Management Practices (BMPs) for Existing Oil Palm Cultivation on Peat., RSPO, Kuala Lumpur, Malaysia, 2012.

Sumber

Penjelasan tentang Tipe-tipe tanah diambil dari Smallholder Oil Palm Handbook dan dirangkum oleh Lotte Suzanne Woittiez (Wageningen Universit) dan Haryono Sadikin, Sri Turhina, Hidayat Dani, Tri Purba Dukan, dan Hans Smit (SNV) pada bulan Agustus 2016. Lihat Modul 4: Aplikasi Pupuk untuk informasi lebih lanjut.

SNV logo.png
Wageningen university logo.png