Difference between revisions of "Kolam Resapan"
m (Winona moved page Air Portal / Pemanenan Air Hujan / Pengisian Ulang Air Tanah / Kolam Resapan to Kolam Resapan without leaving a redirect) |
|||
Line 1: | Line 1: | ||
− | {{Language-box|english_link= Water Portal / Rainwater Harvesting / Groundwater recharge / Infiltration ponds | french_link= Coming soon | spanish_link= Coming soon | hindi_link= वाटर पोर्टल / वर्षाजल संचयन / भूजल पुनर्भरण / रिसन तालाब | malayalam_link= Coming soon | tamil_link= Coming soon | korean_link= Coming soon | chinese_link=渗透池 | indonesian_link= | + | {{Language-box|english_link= Water Portal / Rainwater Harvesting / Groundwater recharge / Infiltration ponds | french_link= Coming soon | spanish_link= Coming soon | hindi_link= वाटर पोर्टल / वर्षाजल संचयन / भूजल पुनर्भरण / रिसन तालाब | malayalam_link= Coming soon | tamil_link= Coming soon | korean_link= Coming soon | chinese_link=渗透池 | indonesian_link= Kolam Resapan | japanese_link= 水のポータルサイト / 雨水貯留 / 地下水涵養 / 浸透池 }} |
[[Image:aquifer rch icon.png|right|80px]] | [[Image:aquifer rch icon.png|right|80px]] |
Latest revision as of 22:03, 24 October 2016
Kolam resapan (juga disebut lembah resapan atau kolam perkolasi) adalah kolam air terbuka yang besar yang digali maupun berada di area tanah yang dikelilingi oleh gundukan, dan biasanya tidak akan melebihi 15.000 m3. Kolam resapan menyimpan air hujan, tetapi dengan tujuan utama menyerap air ke akuifer di mana air dapat diekstraksi menggunakan sumur bor, sumur galian, atau mata air terdekat. Kolam serapan dibangun di tempat-tempat di mana dasar kolam berporil dan di mana akifer yang akan diisi berada di permukaan atau dekat permukaan.
Contents
Kondisi yang cocok
Akifer yang akan diisi harus berada di di permukaan atau di dekat permukaan. Dasar kolam harus berpori. Jumlah air yang masuk ke tanah biasanya adalah 30 m/tahun untuk tanah bertekstur halus (misalnya tanah liat berpasir), 100 m/tahun untuk tanah liat dan 300 m/tahun untuk pasir bersih yang kasar. Metode lapangan untuk menentukan tingkat rembesan di dasar waduk telah dikembangkan yang dapat dipergunakan untuk membantu pembuatan desain. Idealnya, tingkat resapan harus melebihi tingkat penguapan.
Kedalaman kolam umumnya adalah 1-4 m, cukup dalam untuk mencegah tumbuhnya ganggang atau tanaman air yang berlebihan dan cukup dangkal untuk mencegah kondisi anaerobik berkembang di dasar. Tapi ukuran kolam harus dibuat sesuai dengan daerah tangkapan air dan kemungkinan jumlah volume air per tahun. Untuk menangkap limpasan secara efisien di daerah tangkapan, teknik desain serupa dengan parit kontur dapat digunakan untuk kolam resapan.
Keuntungan | Kerugian |
---|---|
- Memfasilitasi pengisian ulang ke tanah sekitarnya yang pada gilirannya meningkatkan kelembaban tanah, meningkatkan produktivitas pertanian dan meringankan kekeringan - Dapat membantu mengisi ulang sumur, sumur bor dan mata air yang dangkal |
- Kolam resapan dapat mengalami pendangkalan dengan mudah karena tidak adanya penutup vegetasi di daerah tangkapan; pengerukan membutuhkan waktu dan uang - Mempertahankan bendungan memerlukan usaha bersama dan lembaga bersama tampaknya tidak cukup kuat |
Ketahanan terhadap perubahan dalam lingkungan
Kekeringan
Efek kekeringan: Kualitas air memburuk; Tingkat air di sumur & sumur bor berkurang. Penyebab utama efek kekeringan: Kadar air berkurang, yang menciptakan tumbuhnya ganggang dan tanaman air secara berlebihan karena air terlalu dangkal; pengisian ulang untuk akuifer berkurang.
Informasi lebih lanjut tentang cara mengendalikan kekeringan: Resilient WASH systems in drought-prone areas.
Banjir
Kapasitas kolam harus dirancang sesuai dengan peristiwa banjir puncak, sehingga kolam tersebut bisa menampung volume air. Tanamlah vegetasi di dekat kolam untuk menstabilkan tanah, sehingga curah hujan yang intens tidak akan mengikis tepi kolam dan/atau membuat kanal baru tempat air keluar.
Pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaan
Persoalan utama adalah untuk meminimalkan pendangkalan sungai, karena ini akan mengurangi kapasitas peresapan melalui dasar dan sisi. Ada beberapa teknik untuk meminimalkan ini:
- Setiap pengalihan dan struktur intake harus dilakukan untuk meminimalkan lumpur yang masuk ke kolam. Cekungan sedimentasi dapat mengurangi beban lumpur sebelum air masuk kolam resapan. Apa yang mungkin bisa berfungsi lebih baik adalah dengan menjaga dengan baik penutup rumput asli di daerah limpasan. Lahan pertanian Kambiti di Distrik Kitui merupakan contoh yang baik dari lahan yang sebelumnya terdegradasi dikelola dan di mana bendungan terbuka tidak mengalami pendangkalan karena manajemen padang rumput. Garis kontur dengan pepohonan atau rerumputan di daerah limpasan juga berfungsi. Jika kanal aliran dibangun, perangkap lumpur dapat dicoba untuk mengurangi beban lumpur seperti yang dilakukan dengan bendungan Charco di Tanzania. Dalam kasus ini, batu yang diletakkan di kanal membentuk bendungan mini dan vegetasi bertahunan dapat tumbuh antara bendungan mini ini untuk mengurangi kecepatan aliran air, sehingga mendorong penumpukan lumpur.
- Ketika material akuifer baik, penyumbatan mungkin terjadi dengan cepat tetapi dapat ditahan dengan menutupi dasar dan sisi kolam dengan lapisan tebal 0,5 m menggunakan pasir medium.
- Sistem rotasi kolam dapat memungkinkan beberapa kolam kering sementara yang lain digunakan - kolam yang kering dapat dikorek untuk mengembalikan tingkat resapan, sementara proses pengeringan juga baik untuk membunuh ganggang. Dalam kasus ini, kolam harus cukup dangkal supaya dapat dikuras dengan cepat ketika pengorekan diperlukan.
- Membangun bukit di lantai cekungan dan mengontrol volume air dapat memungkinkan lumpur halus untuk menumpuk di palung, memungkinkan sebagian besar peresapan terjadi di sisi bukit.
- Membajak secara mekanik lantai cekungan juga dapat meningkatkan permeabilitas.
Pengerukan mungkin akan perlu dilakukan pada tahap tertentu. Mungkin ada cara yang lebih berkelanjutan untuk melakukan hal ini dibandingkan dengan pendekatan yang biasa digunakan dalam tahap pemulihan DCM, dimana proses ini sering dibayar oleh LSM dan dimana keinginan masyarakat untuk berkontribusi kurang. Pengalaman dari kolam resapan di India menunjukkan bahwa mengamankan partisipasi sangat sulit untuk dicapai ketika pengguna/petani tidak melihat manfaat langsung dari kolam. Cara tangguh dan terlembaga untuk mengeruk (atau bahkan membangun) kolam mungkin untuk mempromosikan kolam di tanah pribadi, di mana satu tuan tanah memiliki kepentingan untuk mempertahankan dan mengeruk kolam, sehingga mengurangi kebutuhan intervensi LSM dalam jangka panjang. Pengalaman di India tampaknya mendukung hal ini dimana petani yang menyediakan tanah untuk johad (kolam) akan menjadi ahli waris utama, dari air yang diisikan kembali di lahan sekitar, tetapi dimana masyarakat juga diuntungkan.
Biaya
Kolam perkolasi, kapasitas 10.000 - 15.000 m3 (India) US$ 5.000 - 15.000.
Pengalaman lapangan
Contoh termasuk bukit pasir kolam resapan di Afrika Selatan, kolam Tajamar di Paraguay dan cekungan resapan di Niger. Bendungan besar juga dapat digunakan untuk secara artifisial mengisi ulang akuifer - di Yordania, satu bendungan dibangun untuk mengisi ulang sumur yang berjarak 8km dari lokasi bendungan, dan pengalaman dari 6 tahun terakhir menunjukkan bahwa tingkat air tanah telah meningkat sebanyak 25-40 meter. Di Nepal, kolam kecil biasanya digunakan untuk mengisi ulang air.
Petunjuk, video dan tautan
- Sustainable Drainage Systems (SUDS).
- The Artificial Recharge Concept, its Application and Potential Some examples from Africa, Europe, the Middle East, Australia and USA.
- Vegetated infiltration basins. Menggunakan tanaman untuk menyaring air dan mengontrol banjir.
- ARTIFICIAL GROUNDWATER RECHARGE FOR WATER SUPPLY OF MEDIUM-SIZE COMMUNITIES IN DEVELOPING COUNTRIES. atau (alternative link). E.H. Hofkes and J.T. Visscher. December, 1986.
Ucapan Terima kasih
- CARE Nederland, Desk Study: Resilient WASH systems in drought-prone areas. October 2010.
- Smart Water Harvesting Solutions: Examples of innovative, low cost technologies for rain, fog, and runoff water and groundwater. (or alternative link) Netherlands Water Partnership, Aqua for All, Agromisa, et al. 2007.