Budidaya Kelapa Sawit Berkelanjutan / Sampling pelepah
Unduh: Modul 4: Aplikasi Pupuk
Contents
Latar belakang
Sampling pelepah dilakukan untuk menentukan kandungan unsur hara yang tersedia dalam perkebunan. Hal ini membantu untuk menentukan kebutuhan pupuk secara tepat yang dibutuhkan oleh pohon sawit, dan juga membantu untuk mengetahui defisiensi unsur hara.
Proses sampling pelepah cukup sulit dan biaya analisa laboratorium juga mahal (~ $30 per sampel). Oleh karena itu, penentuan proses sampling seharusnya didiskusikan terlebih dahulu dengan penyuluh perkebunan ataupun pekerja ahli.
Dalam buku Field Handbook – Mature (Rankine dan Fairhurst, 1999), protokol sampling pelepah dijelaskan secara detil 1. Informasi berikut merupakan rangkuman atas protokol tersebut, dengan beberapa adaptasi.
Tujuan
- Agar dapat mengidentifikasi konsentrasi unsur hara pada pelepah sawit;
- Agar dapat menemukan defisiensi unsur hara yang tidak disadari sebelumnya;
- Agar dapat menentukan kebutuhan pupuk yang diperlukan untuk tahun berikutnya;
- Agar dapat secara spesifik menyesuaikan pemograman pupuk untuk kebutuhan perkebunan.
Standarisasi
- Pengumpulan sampel daun dan tulang daun yang representatif.
- Sampel akan diproses secara benar kemudian dikirim ke laboratorium untuk analisa kandungan unsur haranya.
- Proses sampling harus dilakukan oleh pekerja terlatih atau penyuluh lapangan, dan harus sesuai dengan protokol yang berlaku.
Waktu pelaksanaan
- Proses sampling daun harus dilakukan sekali dalam setahun, kurang lebih pada waktu yang sama setiap tahun:
- - Tidak pada saat puncak musim hujan ataupun musim kering
- - Minimal 3 bulan setelah pengaplikasian pupuk (jika memungkinkan)
Catatan: usahakan untuk mengambil sampel dari semua lahan sesegera mungkin. Dengan begitu, ongkos transportasi bisa ditekan karena semua sampel bisa langsung dikirim ke laboratorium di waktu yang sama.
Frekuensi
Sekali dalam setahun.
Kebutuhan waktu tenaga kerja
- Pengumpulan sampel: 5-10 menit per pohon
- Pemrosesan sampel: 10-20 menit per sampel
Peralatan dan perlengkapan
- Alat-alat panen yang bersih
- Parang
- Pisau kecil tajam
- Meja atau alas bersih untuk pemotongan
- Piring bersih
- Microwave
- Kantong kain
- Spidol
- Buku catatan, pulpen
- Kantong kertas atau amplop
- Air bersih
- Kardus
Tenaga kerja
Pekerja terlatih, penyuluh, atau representasi kemitraan
Cara pelaksanaan
Protokol ini harus dijalankan secara bersih dan hati-hati. Pelatihan atau pengalaman sangat penting.
Untuk mengerjakan proses sampling daun, ikuti cara-cara berikut:
Langkah 1. | Cek sampel dari pohon pertama dan periksa apakah sampelnya sehat. |
Langkah 2. | Catat semua defisiensi unsur hara yang ada dan kerusakan yang terlihat dalam proses ini. |
Langkah 3. | Tentukan apakah spiral sawit mengarah ke kiri atau ke kanan dengan cara melihat pola pangkal pelepah pada batang (see Gambar 30). |
Langkah 4. | Temukan pelepah yang terakhir terbuka sempurna di tengah mahkota sawit. Ini kita sebut sebagai pelepah 1. Pada pelepah 1, ‘tulang’ daun kecil yang berada di pangkal harus sudah tampak dari luar, sedangkan pada pelepah 0, pucuk daunnya mengarah ke bawah menuju pusat pelepah. Cara termudah adalah menemukan terlebih dahulu Pelepah 0. Pelepah 1 terletak sepertiga putaran dari pelepah 0, ke arah yang berlawanan dari arah spiral. Catatan: Untuk mengetahui bagaimana cara mengenali mana Pelepah 0,1 dan 17, sangat penting untuk melaksanakan pelatihan lapangan yang dipandu oleh tenaga profesional yang berpengalaman!. |
Langkah 5. | Ikuti arah menurun spiral Pelepah 1 di dalam kanopi:
Catatan: Arah spiral ini tidak berurutan lurus ke bawah, namun membentuk lengkungan (lihat Gambar 31). |
Langkah 6. | Potong Pelepah 17 menggunakan alat panen bersih. |
Langkah 7. | Tempatkan pelepah yang telah dipotong di atas gulma atau lembaran plastik. Jangan pernah tempatkan potongan pelepah hingga menyentuh tanah, jika tidak maka pelepah ini dapat terkontaminasi oleh pupuk. |
Langkah 8. | Temukan titik (sedikit diatas bagian tengah pelepah) dimana bagian atas tulang daun berubah dari bentuk datar menjadi bentuk segitiga (lihat Gambar 32). |
Langkah 9. | Sekitar seukuran 2 telapak tangan dibawah titik ini, pilih enam pucuk daun dari sisi kiri dan enam pucuk daun dari sisi kanan pelepah. Pada pilihan daun ini, tiga daun seharusnya berada pada ranking atas dan tiga sisanya seharusnya berada pada ranking bawah (lihat Gambar 32). Pucuk daun ini jangan sampai terpotong ataupun rusak, atau tercabut dari tangkai pelepahnya. |
Langkah 10. | Potong bagian atas dan bagian bawah pucuk daun sehingga menyisakan bagian tengahnya seukuran 15-20 cm. Buang bagian atas dan bagian bawahnya kemudian masukkan bagian tengah pucuk daun ini kedalam amplop yang ditandai dengan jelas. |
Langkah 11. | Dari sekitar bagian dimana pucuk daunnya dicabut, potong tangkai pelepah dengan panjang sekitar 20 cm. Masukkan kedalam amplop beserta pucuk daun yang masih melekat. |
Langkah 12. | Lanjutkan ke pohon selanjutnya yang akan diambil pula sampelnya dan ulangi langkah-langkah diatas hingga semua pohon yang ditargetkan selesai. |
Langkah 13. | Bawa sampel tersebut ke tempat yang sudah disediakan meja dan alat potong lainnya. |
Langkah 14. | Untuk setiap helai daun, potong dan pisahkan tulang daunnya. Potong bagian yang tersisa menjadi potongan kecil menyerupai garis (masing-masing dengan lebar sekitar 0.5-1 cm). |
Langkah 15. | Potong tangkai pelepah menggunakan golok menjadi potongan kecil-kecil (masing-masing berukuran 1—2 cm). |
Langkah 16. | Taruh helai daun yang diambil dari 1 perkebunan dalam kantong kain bersih. Taruh kantong ini kedalam microwave dan keringkan dengan petunjuk berikut:
Protokol yang sama juga bisa diikuti untuk tangkai pelepah. |
Langkah 17. | Jika tidak tersedia microwave:
|
Langkah 18. | Ambil dua sub-sampel:
|
Langkah 19. | Jika sampel dikirimkan secara rutin, maka akan sangat berguna jika selalu memiliki sampel referensi, yang sub-sampelnya selalu disimpan pada setiap proses sampling, untuk memeriksa apakah analisanya dilakukan secara benar. |
Langkah 20. | Packing sub-sampel yang akan dikirimkan ke laboratorium kedalam kantong plastik yang telah ditandai dengan kode sampel (contoh: tanggal dan kode lahan), lalu masukkan kedalam kardus. |
Langkah 21. | Kirim sampel tersebut ke laboratorium yang terpercaya sesegera mungkin. Untuk mengetahui bagus atau tidaknya laboratorium, tanyakan pada penyuluh atau perusahaan terdekat. |
Langkah 22. | Masukkan sampel cadangan kedalam kantong plastik dan simpan di tempat yang dingin dan kering. |
Penjelasan dari hasil sampling daun
Tabel berikut dapat digunakan untuk menentukan apakah konsentrasi hara pada daun dianggap mengalami defisiensi, masih bagus, atau terlalu berlebihan 1.
Tabel 4: Konsentrasi hara pada pelepah sawit yang berumur lebih dari enam tahun terhitung dari waktu penanaman
Unsur hara | Tingkat hara | ||
---|---|---|---|
Defisien | Baik | Berlebihan | |
Hara makro (N, P, K, Mg); konsentrasi hara dalam % pada massa daun kering | |||
Nitrogen (N) | < 2.30 | 2.40—2.80 | > 3.00 |
Fosforus (P) | < 0.14 | 0.15—0.19 | > 0.25 |
Kalium (K) | < 0.75 | 0.90—1.20 | > 1.60 |
Magnesium (Mg) | < 0.20 | 0.25—0.40 | > 0.70 |
Hara mikro (B, Cu, Zn); konsentrasi hara dalam satuan miligram per kilo daun kering | |||
Boron (B) | < 8.0 | 15—25 | > 40 |
Tembaga (Cu) | < 3.0 | 5.0—8.0 | > 15 |
Seng (Zn) | < 10 | 12—18 | > 20 |
Kandungan hara lainnya (Ca, S, Cl); konsentrasi hara dalam % pada massa daun kering | |||
Kalsium (Ca) | < 0.25 | 0.50—0.75 | > 1.0 |
Belerang (S) | < 0.20 | 0.25—0.35 | > 0.60 |
Klorin (Cl) | < 0.25 | 0.50—0.70 | > 1.0 |
Tabel 5: Konsentrasi hara pada pelepah sawit yang berumur antara 1-6 tahun terhitung dari waktu penanaman.
Unsur hara | Tingkat hara | ||
---|---|---|---|
Defisien | Baik | Berlebihan | |
Hara makro (N, P, K, Mg); konsentrasi hara dalam % pada massa daun kering | |||
Nitrogen (N) | < 2.50 | 2.60—2.90 | > 3.10 |
Fosforus (P) | < 0.15 | 0.16—0.19 | > 0.25 |
Kalium (K) | < 1.00 | 1.10—1.30 | > 1.80 |
Magnesium (Mg) | < 0.20 | 0.30—0.45 | > 0.70 |
Hara mikro (B, Cu, Zn); konsentrasi hara dalam satuan miligram per kilo daun kering | |||
Boron (B) | < 8.0 | 15—25 | > 40 |
Tembaga (Cu) | < 3.0 | 5.0—8.0 | > 15 |
Seng (Zn) | < 10 | 12—18 | > 20 |
Kandungan hara lainnya (Ca, S, Cl); konsentrasi hara dalam % pada massa daun kering | |||
Kalsium (Ca) | < 0.30 | 0.50—0.70 | > 0.70 |
Belerang (S) | < 0.20 | 0.30—0.40 | > 0.60 |
Klorin (Cl) | < 0.25 | 0.50—0.70 | > 1.0 |
Analisa konsentrasi
Jika konsentrasi haranya baik, maka aplikasi pupuk yang dilakukan selama ini bagus dan harus dilanjutkan.
Jika konsentrasi haranya berlebihan, maka pemberian pupuk yang dilakukan terlalu berlebihan, biaya yang dihabiskan untuk pembelian pupuk tersebut tidak akan meningkatkan hasil panen.
- Konsentrasi hara yang berlebihan biasanya hanya muncul pada saat terjadinya aplikasi pupuk dalam jumlah sangat banyak.
- Konsentrasi N yang berlebihan (dan konsentrasi N yang defisien) bisa muncul saat NPK 15-15-15 atau 16-16-16 diaplikasikan (yang biasanya hanya cocok untuk perkebunan belum dewasa).
- Jika konsentrasi unsur hara spesifik pada daun berlebihan, aplikasi pupuk haranya harus dikurangi, dan tidak perlu melakukan observasi dampak negatifnya pada hasil panen.
- Umumnya, direkomendasikan pengurangan jumlah aplikasi pupuk sebanyak hingga seperempat atau sepertiga bagian dari jumlah yang biasa digunakan.
- Pada tahun berikutnya, konsentrasi hara daun harus dimonitor lebih sering, sehingga jumlah pupuk yang paling tepat diaplikasikan bisa ditentukan.
Jika konsentrasi haranya defisien, maka aplikasi pupuk yang diberikan terlalu sedikit, atau bisa saja tidak terserap dengan baik oleh pohon sawit.
- Cara pengaplikasian pupuk perlu diawasi – jika pupuk diaplikasikan pada tempat dan waktu yang salah, atau jika proses penyiangan tidak dilakukan dengan benar, maka pupuk yang diaplikasikan jadi sia-sia.
- Tambahan pupuk diperlukan untuk mengkoreksi defisiensi hara.
- Modul 4, Rekomendasi pupuk memberikan saran penggunaan jumlah pupuk yang benar. Jika jumlah pupuk yang diaplikasikan kurang dari jumlah yang direkomendasikan, maka jumlahnya perlu ditingkatkan lagi.
- Untuk boron, tembaga, dan seng, pastikan bahwa aplikasinya tidak melebihi jumlah maksimal yang disarankan (lihat Modul 4, Tabel 3–6), karena jenis pupuk ini bisa berubah menjadi racun jika diaplikasikan secara berlebihan.
Referensi
- ↑ 1.0 1.1 I.R. Rankine, T.H. Fairhurst, Field Handbook: Oil Palm Series, Volume 3 – Mature, second ed., Potash & Phosphate Institute (PPI), Singapore, 1999. [8] Tropical Forages, Calopogonium caeruleum, http://www.tropicalforages.info/key/Forages/Media/Html/Calopogonium_caeruleum.htm, Accessed September 2013.
Sumber
Penjelasan tentang Sampling pelepah diambil dari Smallholder Oil Palm Handbook dan dirangkum oleh Lotte Suzanne Woittiez (Wageningen Universit) dan Haryono Sadikin, Sri Turhina, Hidayat Dani, Tri Purba Dukan, dan Hans Smit (SNV) pada bulan Agustus 2016. Lihat Modul 4: Aplikasi Pupuk untuk informasi lebih lanjut.