Budidaya Kelapa Sawit Berkelanjutan / Rekomendasi pupuk

From Akvopedia
< Budidaya Kelapa Sawit Berkelanjutan
Revision as of 13:47, 2 January 2018 by Khukuh.ayuda (talk | contribs) (Translation to Bahasa Indonesia on process)

Jump to: navigation, search
SNV logo.png
Wageningen small.png

Unduh: Modul 4: Aplikasi Pupuk

Latar belakang

Penggunaan pupuk bisa menghabiskan 60 persen total biaya dari produksi kelapa sawit, sehingga sangat penting untuk mengatur pengaplikasiannya secara efisien.

Perbedaan pupuk memiliki perbedaan pula dalam konsentrasi unsur haranya. Untuk mengetahui seberapa banyak pupuk yang akan digunakan, diperlukan pengetahuan tentang jumlah konsentrasi unsur hara dalam berbagai pupuk tersebut (lihat Tabel 3).

Tabel 3: Kandungan unsur hara pada pupuk-pupuk terpenting

Pupuk Kandungan unsur hara (%)
Nitrogen (N)
Urea 46
Amonium nitrat (AN) 34
Amonium sulfat 20.6
Fosforus (P2O5)
Triple super phosphate (TSP) 45—47
Rock phosphate (RP) 30—34
Diamonium fosfat (DAP) 46
SP-36 (Indonesia) 36
Potasium (K2O)
Muriate of potash (MOP, KCl) 60
Magnesium (MgO)
Kieserite 26
Dolomite 10—18
Langbeinite 18

Rekomendasi pupuk secara umum

Pada Tabel 4 hingga Tabel 7, diperlihatkan rekomendasi tingkat aplikasi pupuk secara umum. Rekomendasi ini tergantung pada umur sawit dan hasil panen saat ini dan termasuk pula:

  • Sawit dewasa pada tanah mineral (lihat Tabel 4) 1;
  • Sawit dewasa pada tanah gambut (lihat Tabel 5);
  • Sawit belum dewasa pada tanah mineral (lihat Tabel 6);
  • Sawit belum dewasa pada tanah gambut (lihat Tabel 7) 2.

Jika Anda kurang yakin tentang seberapa banyak aplikasi pupuk yang dibutuhkan, tabel di bawah ini bisa digunakan sebagai panduan. Dosis yang direkomendasikan akan menghasilkan panen yang baik di hampir semua kondisi, namun penting juga untuk mendapatkan informasi dari sumber lokal dan tidak bersandar hanya pada tabel tersebut saja.

Tabel 4: Rekomendasi pupuk untuk sawit dewasa (> 3 tahun dari penanaman awal) di tanah mineral dalam satuan kilogram per sawit per tahun. TBS = Tandan Buah Segar

Tipe pupuk Rekomendasi (kilo per sawit per tahun)
Panen: 18—24 t/tahun TBS Panen: > 24 t/tahun TBS
Nitrogen* 1
Urea 1.2 – 1.5 1.5 – 2.0
Amonium nitrat 1.6 – 2.0 2.0 – 3.0
Amonium sulfat 2.4 – 3.0 3.0 – 4.0
Fosforus** 1
Triple super phosphate 0.5 – 0.8 0.8 – 1.2
Rock phosphate 1.0 – 1.5 1.5 – 2.0
Diamonium fosfat 0.5 – 0.8 0.8 – 1.2
SP-36 (Indonesia) 0.6 – 1.0 1.0 – 1.5
Potasium 1
Muriate of potash (MOP, KCl) 1.8—2.5 2.5—3.0
Magnesium 3
Kieserite 0.5—1.0 1.0—1.2
Dolomite 1.0—1.5 1.5—2.0
Langbeinite 1.0—1.5 1.5—2.0
Boron
Borax 0.05—0.1 0.05—0.1

* Sawit dewasa muda (4-6 tahun setelah penanaman) membutuhkan N 50-100 persen lebih banyak daripada jumlah yang disebutkan disini, untuk menghasilkan kanopi yang lebih besar dan lebih sehat.
** Tanah tropis umumnya memiliki kandungan P yang sedikit, sehingga tambahan aplikasi P akan sangat menguntungkan.

Tabel 5: Rekomendasi pupuk untuk sawit dewasa (> 3 tahun setelah penanaman) pada tanah gambut, dalam satuan kilogram per sawit per tahun. TBS = Tandan Buah Segar.

Tipe pupuk Rekomendasi (kilo per sawit per tahun)
Panen: 18—24 t/tahun TBS Panen: > 24 t/tahun TBS
Nitrogen 4
Urea 1.2—1.5 1.5—2.0
Amonium nitrat 1.6—2.0 2.0—3.0
Amonium sulfat 2.4—3.0 3.0—4.0
Fosforus* 5
Rock phosphate 1.0—1.5 1.5—2.0
Potasium** 6
Muriate of potash (MOP, KCl) 2.5—3.0 3.0—4.0
Magnesium*** 7
Kieserite 0—0.5 0—0.5
Dolomite 0—1.0 0—1.0
Langbeinite 0—0.8 0—0.8
Boron
Borax 0.05—0.1 0.05—0.1
Tembaga
Tembaga sulfat (CuSO4) 0.1—0.2 0.2—0.4
Seng
Seng sulfat (ZnSO4) 0.1—0.2 0.2—0.4

* Untuk menurunkan tingkat keasaman tanah maka sangat dianjurkan untuk mengaplikasikan jenis fosforus menggunakan Rock Phosphate.
** Pada gambut, dibutuhkan perbandingan penggunaan K dan N dengan penghitungan >3, sehingga proses terbaik adalah mengaplikasikan K2O tiga kali lebih sering dibandingkan dengan aplikasi N.
*** Aplikasi Mg pada tanah gambut biasanya diperlukan pada saat ditemukan gejala penurunan kualitas saja.

Tabel 6: Rekomendasi pupuk untuk sawit yang belum dewasa (1--3 tahun setelah penanaman) pada tanah mineral, dalam satuan kilogram per sawit per tahun.

Tipe pupuk Rekomendasi (kilo per sawit per tahun)8
Tahun setelah penanaman:
1 2 3
Nitrogen
Urea 0.6—1.0 1.3—1.7 1.3—2.2
Amonium nitrat 0.8—1.5 1.7—2.4 1.7—2.9
Amonium sulfat 1.2—2.0 2.6—3.4 2.6—4.4
Fosforus
Triple super phosphate 0.6—1.1 0.8—1.3 1.0—1.5
Rock phosphate 0.9—1.5 1.2—1.9 1.5—2.2
Diamonium phosphate 0.6—1.1 0.8—1.3 1.0—1.5
SP-36 (Indonesia) 0.8—1.4 1.0—1.6 1.3—1.8
Potasium
Muriate of potash (MOP, KCl) 0.8—1.3* 2.5—3.5** 2.5—3.5
Magnesium
Kieserite 0.7—1.1*** 0.7—1.5*** 0.7—1.5
Dolomite 1.4—2.1 1.4—2.8 1.4—2.8
Boron
Borax 0.05 0.10 0.10

* 0.5 kg/sawit pada tanah lempung pesisir dan tanah vulkanis yang kaya akan K.
** 2.0 kg/sawit pada tanah lempung pesisir dan tanah vulkanis yang kaya akan K.
*** Tak perlu aplikasi pupuk apapun pada tanah lempung pesisir.

Tabel 7: Rekomendasi pupuk untuk sawit belum dewasa (1--3 tahun setelah penanaman) pada tanah gambut, dalam satuan kilogram per sawit per tahun.

Tipe pupuk Rekomendasi (kilo per sawit per tahun)8
Tahun setelah penanaman:
1 2 3
Nitrogen
Urea 0.8 0.8 1.5
Amonium nitrat 1.2 2.0 2.0
Amonium sulfat 1.6 1.6 3.0
Fosforus
Rock phosphate* 1.1 1.4 1.7
Potasium
Muriate of potash (MOP, KCl) 1.6 2.5 4.0
Magnesium Tidak dibutuhkan Tidak dibutuhkan Tidak dibutuhkan
Boron
Borax 0.05 0.10 0.10
Tembaga
CuSO4 0.1—0.2 0.05—0.1 0.05—0.1
Seng
ZnSO4 0.1—0.2 0.05—0.1 0.05—0.1

* Untuk menurunkan tingkat keasaman tanah, maka cara terbaik adalah mengaplikasikan fosforus dengan menggunakan rock phosphate.

Tanah kaya kandungan

Di hampir semua tanah mineral yang ditemukan di Indonesia, selalu dibutuhkan aplikasi pupuk N dan P. Namun begitu, ada beberapa tanah tertentu yang sangat kaya akan kandungan K dan/atau Mg, dan tanah dengan jenis ini tidak lagi memerlukan aplikasi pupuk K dan/atau Mg, atau bisa jadi memerlukan namun dalam jumlah sedikit saja. Tidak pernah ditemukan tanah gambut yang kaya akan kandungan.

Jika proses analisa tanah tidak pernah dilakukan sebelumnya, maka identifikasi tanah yang kaya akan kandungan dalam areal perkebunan perlu disimpulkan dari faktor lainnya. Berikut langkah-langkah yang bisa diikuti:

Step 1. Discuss with the farmers in the plantation area about their manuring practices.
Step 2. Visit a number of plantations in the area which have been manured poorly and check for the presence of deficiency symptoms (Section 4) in the lower leaves:
  • Potassium deficiencies are very commonly observed and indicate that sufficient application of K fertilisers is likely to be required on the soil type in the plantation area.
  • Magnesium deficiencies are less commonly observed, but can still be found regularly in poorly manured plantations or in palms planted on eroded slopes. Presence of Mg deficiency symptoms indicates that Mg fertiliser application is likely to be required on the soil type in the plantation area.
  • Boron deficiencies are commonly observed and the application of B fertilisers is usually required.
Step 3. In case of doubt, check the number of black bunches in the plantations, as well as the bunch size, and discuss the yields of the plantations with the farmers. The presence of leaf deficiency symptoms in combination with poor yields is a good indicator that application of sufficient fertiliser is required.
Step 4. The absence of deficiency symptoms combined with high productivity, even though certain nutrients were not applied or applied in small amounts during several years, may indicate that the soils are exceptionally rich in these particular nutrients. In such cases the application of these nutrients is not required. This can be temporary, as soils can get depleted after several years of high productivity.

Fertiliser application and lack of money

If not enough money is available to buy all the recommended fertilisers, do not leave out the more expensive fertilisers but follow these recommendations:

  • Apply fertilisers correctly and in several rounds, so that losses are as small as possible.
  • If there are any deficiency symptoms, give priority to applying the fertilisers which are needed to correct the deficiency.
  • Do not save on potassium (K) and nitrogen (N) fertiliser, as these nutrients are most important for oil palm and do not stay in the soil for long.
  • Magnesium (Mg) is important, but as long as there are no deficiency symptoms, you may decide to reduce application or apply the cheapest fertiliser type (e.g. dolomite).
  • If enough phosphorus (P) was applied in the past, it is acceptable to apply less for one year, or to use a cheaper fertiliser type (e.g. rock phosphate).
  • If the palms do not show deficiency symptoms, it is acceptable not to apply boron (B) for one year. However, in the next year application will be necessary again, especially in plantations with good production.
  • Keep in mind that if too little fertiliser is applied now, yield will go down two to three years later. Fertilisers are a necessary investment and buying them should be a priority.

References

  1. 1.0 1.1 1.2 1.3 I.R. Rankine, T.H. Fairhurst, Field Handbook: Oil Palm Series, Volume 3 – Mature, second ed., Potash & Phosphate Institute (PPI), Singapore, 1999.
  2. H.R.v. Uexküll, T. Fairhurst, Fertilizing for High Yield and Quality. The Oil Palm, IPI Bulletin, 12 (1991) 1—77.
  3. I. Rankine, T.H. Fairhurst, Management of phosphorus, potassium and magnesium in mature oil palm, Better Crops International, 13 (1999) 6.
  4. I. Comte, F. Colin, J.K. Whalen, O. Grunberger, J.P. Caliman, Agricultural practices in oil palm plantations and their impact on hydrological changes, nutrient fluxes and water quality in Indonesia: a review., Advances in Agronomy, Vol 116, 116 (2012) 71—124.
  5. Gurmit Singh, Sustainable development of oil palm on peat – UPB’S Experience, in.
  6. K.H. Lim, S.S. Lim, F. Parish, R. Suharto, RSPO Manual on Best Management Practices (BMPs) for Existing Oil Palm Cultivation on Peat., RSPO, Kuala Lumpur, Malaysia, 2012.
  7. E. Mutert, T.H. Fairhurst, H.R.v. Uexküll, Agronomic Management of Oil Palms on Deep Peat, Better Crops International, 13 (1999) 22-27.
  8. 8.0 8.1 I. Rankine, T. Fairhurst, Field Handbook: Oil Palm Series, Volume 2 – Immature, second ed., Potash & Phosphate Institute (PPI), Singapore, 1999.

Acknowledgements

The material from Fertiliser recommendations is sourced from Smallholder Oil Palm Handbook and put together by Lotte Suzanne Woittiez (Wageningen Universit) and Haryono Sadikin, Sri Turhina, Hidayat Dani, Tri Purba Dukan, and Hans Smit (SNV) in August 2016. See Module 4: Fertiliser Application for more information.

SNV logo.png
Wageningen university logo.png