Budidaya Kelapa Sawit Berkelanjutan / Konservasi tanah

From Akvopedia
< Budidaya Kelapa Sawit Berkelanjutan
Revision as of 05:40, 4 January 2018 by Winona (talk | contribs)

(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)
Jump to: navigation, search
English Indonesia
SNV logo.png
Wageningen small.png

Unduh: Modul 3: Pemeliharaan Perkebunan

Latar belakang

Erosi tanah adalah proses hilangnya kesuburan permukaan tanah. Kondisi tanah di daerah tropis umumnya sangat sensitif terhadap erosi, karena tingginya curah hujan yang menggerus tanah dari lereng bebatuan. Ketika lapisan tanah hilang, membutuhkan waktu yang sangat lama untuk pulih kembali, dan tingkat kesuburan kawasan yang terkena dampak erosi kana berkurang selama periode ini. Sangat sulit untuk menghasilkan panen yang baik pada tanah yang terkena dampak erosi dan erosi tanah seharusnya bisa dicegah sebisa mungkin. Menambahkan tentang hilangnya kesuburan permukaan tanah, erosi juga menyebabkan hilangnya material pupuk dan organik dalam tanah.

Tujuan

  • Mempertahankan tingkat kesuburan tanah
  • Mencegah erosi pada permukaan tanah
  • Membatasi hilangnya manfaat pupuk
  • Penggunaan air secara optimal

Standarisasi

Gambar 24: Terasering dan pengadaan tanaman penutup tanah di lereng curam.
Gambar 25: Rorak
Gambar 26: Platform kelapa sawit (skema) dengan tumpukan pelepah yang ditampilkan dengan warna hijau muda
  • Kemiringan lereng 0-8%: tidak membutuhkan penghitungan konservasi tanah
  • Kemiringan lereng 9-15%: pelepah ditumpuk mengikuti garis kontur dan rorak digali di samping setiap pohon sawit
  • Kemiringan lereng 16-25%: platform pohon sawit tunggal dibangun mengelilingi setiap pohon
  • Kemiringan lereng 26-40%: instalasi terasering selama proses pembukaan lahan perkebunan (lihat Gambar 24)
  • Kemiringan lereng 40% atau lebih: tidak memungkinkan untuk perkebunan kelapa sawit
  • Semua struktur konservasi tanah telah dibangun secara tepat dan dalam kondisi yang baik

Waktu pelaksanaan

  • Pelepah ditumpuk sesegera mungkin setelah proses panen dan setelah proses corrective pruning, atau sesaat sebelum musim penghujan
  • Rorak dibangun pada saat musim kering
  • Platform dibangun pada saat musim kering

Frekuensi

  • Pelepah ditumpuk 2 kali dalam setahun dan setiap setelah musim panen
  • Rorak dibentuk sekali, pada saat permulaan proses rehabilitasi, dengan proses pemeliharaan tahunan
  • Platform hanya dibentuk sekali, pada saat permulaan proses rehabilitasi, dan dipelihara secara tahunan

Kebutuhan waktu tenaga kerja

  • Penumpukan pelepah dilakukan sebagai bagian dari proses pruning dan panen
  • Rorak:
- 1 jam untuk proses pengadaannya untuk setiap rorak
- 2 hari per hektar untuk proses pemeliharaan rorak
  • Platform:
- Satu hingga empat jam untuk pengadaan setiap platform
- 3 hari per hektar untuk proses pemeliharaan platform

Peralatan dan perlengkapan

  • Penumpukan pelepah:
- Peralatan dan perlengkapan sama seperti yang digunakan dalam proses pruning
  • Rorak:
- Ekskavator atau sekop
  • Platform:
- Ekskavator atau sekop
- Meteran (5 m)

Tenaga kerja

Para petani perkebunan dan anggota keluarganya atau karyawan harian lepas

Cara pelaksanaan

Penumpukan pelepah sepanjang kontur lereng (tingkat kemiringan 9-15%)

Langkah 1. Tumpuk sebagian pelepah yang telah dipangkas diantara barisan sawit, sepanjang garis kontur dan paralel dengan kemiringan lereng.
Langkah 2. Tempatkan sebagian pelepah diantara sawit dengan posisi lurus dari tumpukan kontur dengan bentuk menyerupai kotak untuk meningkatkan penangkapan air dan mengurangi kikisan (lihat Gambar 23).

Rorak (tingkat kemiringan lereng 9—15%)

Rorak akan menampung air hujan yang mengalir di sepanjang bukit. Kubangan harus memiliki panjang 1.5 m, lebar 0.5 m, dan kedalaman 0.5 m.

Langkah 1. Gali satu lubang di samping setiap 2 pohon sawit (di tengah diantara 2 pohon) mengikuti garis kontur (lihat Gambar 25).
Langkah 2. Timbun tanah dari galian rorak ke bagian atas lereng, sekitar 0.5 m di atas rorak.
Langkah 3. Tumpuk pelepah ke bagian atas dari timbunan tanah untuk menghindari kerusakan timbunan ataupun rorak selama terjadi hujan deras.

Konstruksi platform (kemiringan lereng 16-25%)

Platform tunggal harus diadakan untuk setiap pohon sawit. Platform harus memiliki karakteristik desain berikut:

  • Diameter platform harus 4-5 m
  • Permukaan platform harus landai dengan tingkat kemiringan 5-10% dengan posisi berlawanan arah terhadap tingkat kemiringannya (lihat Gambar 26)
Langkah 1. Gali tanah dari bagian atas dari piringan dan tempatkan hasil galian tanah ke bagian bawah. Pastikan bagian bawah (yang menyokong) bagian dari platform berukuran lebih lebar daripada bagian atas.
Langkah 2. Padatkan tanah di bagian tepi turunan platform untuk mencegah supaya tidak longsor.
Langkah 3. Tumpuk pelepah pada bagian atas lereng platform untuk mengurangi aliran air 1

Pencatatan data

Setiap konstruksi konservasi tanah atau aktivitas pemeliharaan harus selalu dicatat dalam buku catatan harian seperti ditunjukkan dalam contoh berikut.

Tanggal Jam Lokasi Aktivitas Tipe input Jumlah input Biaya input Input tenaga kerja Ongkos tenaga kerja
Karyawan Jam kerja
16/01/13 Ancak 3 Penggalian rorak 4 8 320000


Referensi

  1. AA Resources, Soil Management: Soil and Water Conservation Management, Applied Agricultural Resources, Petaling Jaya, http://www.aarsb.com.my/soil-management-soil-and-water-conservation-management, Accessed September 2013.

Sumber

Penjelasan tentang Konservasi tanah diambil dari Smallholder Oil Palm Handbook dan dirangkum oleh Lotte Suzanne Woittiez (Wageningen Universit) dan Haryono Sadikin, Sri Turhina, Hidayat Dani, Tri Purba Dukan, dan Hans Smit (SNV) pada bulan Agustus 2016. Lihat Modul 3: Pemeliharaan Perkebunan untuk informasi lebih lanjut.

SNV logo.png
Wageningen university logo.png